Pages

Wednesday, December 5, 2007

Fenomena Blog Belt, Blogger & m-Blog


Wow.., begitu decak kagum banyak pihak ketika beberapa saat lalu majalah BusinessWeek memasukkan Jakarta—yang ditengarai mencatat 130.000 blogger—Beijing, Singapura, serta Mumbai sebagai empat kota Asia dalam "Blog Belt" dunia, dengan lalu lintas posting dan komentar terbesar di antara 30 kota dunia.

Wow..., terceplos lagi ketika menyaksikan Pesta Blogger 2007 digelar di Jakarta pada 27 Oktober lalu. Sekitar 500 blogger datang dari pelbagai penjuru Indonesia, bahkan dari mancanegara untuk "kopi darat" dengan rekan-rekannya yang selama ini hanya ditemui di dunia maya.

Ada yang serius, ada yang urakan, bahkan bonek (bondo nekat) pun ada. Saking antusiasnya, Menteri Komunikasi dan Informatika Mohammad Nuh sampai keceplosan menyatakan tanggal 27 Oktober sebagai Hari Blogger Indonesia tanpa SK Presiden seperti laiknya hari nasional lainnya.

Blogging alias ngeblog menjadi fenomena baru, tumbuh sangat pesat, tak mengenal umur, dan strata sosial. Semua orang berhak membuat blog, baik yang serius—untuk referensi—maupun yang cuma untuk iseng, sharing kehidupan sehari-hari, atau sekadar buku harian si blogger. Semuanya punya kesempatan yang sama untuk dikunjungi siapa saja, dari mana saja, dan kapan saja. Yang menarik di sini adalah semua blogger berusaha mengundang "tamu" untuk mampir ke situsnya.

Secara sosiokultural, pertumbuhan pesat blogger di Indonesia sebenarnya tak mengherankan. Masyarakat Indonesia pada dasarnya memang suka bersosialisasi. Tentu kita masih ingat masa 1980-an saat booming breaker dan interkom. Di manamana, di kota ataupun di desa, ramai dengan para breaker dan kegiatan kopi darat. Ketika zaman berjalan dan teknologi berkembang, internet memberi ruang untuk melakukan ajang sosialisasi, yang lebih dari leluasa, tidak terbatas ruang dan waktu.

Seratus tiga puluh ribu blog, dan targetnya pada 2008 akan menjadi 1 juta, adalah potensi pasar yang luar biasa. Katakanlah setiap blog memiliki tamu loyal sebanyak 20 orang per hari, maka rata-rata 20 juta trafik blogger memenuhi kanal internet setiap harinya. Dari sisi viral marketing pun, fenomena blogger memberikan pilihan kanal distribusi komunikasi yang semakin luas.

Bagaimana kalangan bisnis melihat fenomena ini? Di Indonesia belum banyak perusahaan yang melihat fenomena blogger sebagai kekuatan komunikasi pemasaran. Dengan kata lain, belum banyak blogger yang menerima manfaat komersial dari perusahaan lokal. Jika berselancar di dunia maya, paling baru beberapa blog yang tampak ditempeli iklan berupa link mini site perusahaan. Tengok saja virtual.co.id atau ndorokakung.com, yang ditempeli minisite produk operator seluler.

Namun, perusahaan asing sebaliknya. Mereka sangat bersemangat memanfaatkan globalisasi fenomena blog. Lihatlah sepak terjang Google dengan Google Adsense-nya. Melalui Publisher Adsense, dia menjaring para blogger, termasuk di Indonesia, sebagai kanal promosinya. Beberapa blogger telah menikmati nilai ekonomis Google Adsense yang menempel di blog-nya.

Kini, demam Adsense memang sedang melanda blogger Indonesia. Kabarnya, mereka lebih suka berburu Adsense ketimbang banner perusahaan lokal. Maklum, belum banyak perusahaan lokal yang memanfatkan trafik blog—sebagaimana yang dilakukan Google—sebagai kekuatan komunikasi. Sementara dengan Adsense, mereka bisa memperoleh penghasilan paling tidak lima ribu sampai puluhan bahkan ratusan ribu dollar AS.

Di sisi lain, bagi perusahaan penyedia jaringan koneksi internet, fenomena blogger tentu sebuah kesempatan emas. Dari waktu ke waktu bisa dipastikan kebutuhan akses internet menjadi semakin tinggi. Pilihan teknologi akses internet pun semakin beragam, mulai dari dial-up, broadband, sampai ke wireless broadband.

Perkembangan teknologi bergerak sepertinya telah mengantisipasi fenomena blog ini. Buktinya kini begitu banyak pilihan ponsel pintar maupun PDA yang bisa untuk menjelajah internet dan update blog. Dan ke depan berbagai fitur yang diberikan perangkat bergerak ini akan semakin memudahkan para blogger untuk melakukan update blog-nya di mana saja, kapan saja. Inilah yang disebut mobile blogging (m-blog).

Para operator telekomunikasi seluler di Indonesia, yang sudah melengkapi jaringannya dengan layanan data, tentu saja mendapat tantangan baru untuk bisa memenuhi kebutuhan para m-blog ini. Kebutuhan mereka tak cuma ngobrol lewat ponsel, kirim SMS atau gambar, chatting, tetapi lebih dari itu. Mereka juga ingin bercerita panjang lebar, bertandang ke "rumah maya" tetangga, berinteraksi melalui komentar dan opini, atau mengirimkan gambar maupun video melalui ponselnya setiap saat.

Itu artinya, ada kebutuhan aksesibilitas, bandwidth memadai, dan tarif yang pas untuk mereka. Meski begitu, kebutuhan setiap blogger berbeda. Jika disegmentasikan, ada kelas blogger pemula yang cuma butuh chatting dan menulis buku harian di blog-nya. Ada juga tingkat berikutnya, yaitu blogger yang kebutuhannya komplet, tulisan, foto, dan video. Masalahnya sekarang, mampukah para operator seluler ini memboyong fenomena blogger ini menjadi fenomena m-blog?

Source: Kompas